Minggu, 06 April 2014

Problem-problem Epistemologi dalam Filsafat Agama

Latar Belakang Masalah
Keadaan zaman yang terus berubah merupakan masalah yang tidak dapat dihindari oleh segenap makhluk. Masalah-masalah tersebut membutuhkan penye-lesaian yang sehat dari berbagai pihak, terutama oleh manusia yang beragama dan berakal. Melalui dua potensi tersebut, manusia diharapkan mampu menanggapi segala persoalan secara bijak. Kebijakan tersebut baik terhadap masalah dalam kehidupan beragama, sosial, politik, maupun ekonomi. Adapun bijak atau tidak-nya solusi yang diberikan sangatlah tergantung pada seberapa besar pemahaman terhadap agama yang diyakininya.
Berkaitan dengan masalah yang muncul dalam kehidupan beragama, maka telah banyak pula perspektif yang bermunculan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Perspektif yang berbeda ini ternyata tidak terlepas daripada metode dan konsep keilmuan yang digunakan. Secara garis besar, metode dan konsep tersebut merujuk pada kemampuan akal, hati, dan pengalaman inderawi. Namun demikian, ketika bersesuai dengan pedoman agama, maka tidak dapat terpungkiri bahwa setiap metode tersebut memiliki kekurangan dan keterbatasan. Akibatnya, kebe-radaan konsep agama senantiasa dijadikan sebagai rujukan utama dalam menyelesaikan segala persoalan.
Berdasarkan kekurangmampuannya didalam menyelesaikan masalah yang sampai pada taraf tertentu, maka dilakukan lah pengkajian secara radikal, integral, sistematis, dan konprehensif terhadap agama. Hal ini bertujuan agar terperolehnya kepahaman yang utuh terhadap agama dan terselesainya segala masalah yang ada secara baik dan benar. Akibat dari pengkajian ini maka terumuslah konsep epistimologi agama secara sempurna antara potensi yang telah dianugerahkan Tuhan didalam diri manusia dengan petunjuk yang ada di dalam pedoman keagamaan itu sendiri.

Meskipun telah begitu jelasnya ranah keilmuan yang berlaku, tetap saja ada masalah baru yang menghalangi keberadaan dan keberlangsungan didalam-nya. Apa saja masalah-masalah tersebut dan hal apa saja yang melatarbelakangi-nya, sehingga seolah-olah tidak akan ada yang namanya kebenaran yang hakiki. Berikut inilah persoalan tersebut akan penulis bahas secara lebih lanjut berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan.