Rabu, 26 November 2014

Atomisme Logis Russel

 [Dipresentasikan oleh Nazari Mahda, Maghfirah Nuryanti, dan Nurul Ilmi]

A.    Pendahuluan
     Perkembangan filsafat pada abad ke XX ditandai dengan munculnya sebuah corak baru yang mencoba mendekonstruksikan epistemologi dari paham-paham filsafat di abad modern. Salah satu aliran yang terpenting dan berpengaruh pada abad ini adalah filsafat analitis.  Salah satu teori yang dikaji dalam filsafat analitik ialah atomisme logis yang dipelopori oleh Bertrand Russell pada abad XX.
     Atomisme logis yang berpusat di Inggris ini telah dirintis oleh G.E. Moore (1873-1958), Bertrand Russell (1872-1979), dan Ludwid Wittgenstein (1889-1951). Istilah atomisme logis ini pertama kali dikemukakan oleh Bertrand Russell dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam Contemporary British Philosophy yang terbit pada tahun 1924. Nama atomisme logis yang digunakan oleh Bertrand Russell menunjukkan pengaruh dari David Hume dalam karyanya An Enguiry Concerning Human Understanding.
     Filsafat analitik berkembang sebagai reaksi atas idealisme yang berkembang di Inggris diawali oleh G.E. Moore, yang kemudian diikuti oleh Russel. Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat atomisme yang dikembangkan oleh Bertrand Russell  merupakan reaksi keras terhadap aliran idealisme.
     Perkembangan pemikiran atomisme logis banyak dipengaruhi oleh F.H. Bradley, dan G. E. Moore. Menurut Bradley, kelemahan empirisme psikologis terletak pada pencapaian kebenaran yang hanya bekerja dengan ide-ide dan bukan berdasarkan pada suatu putusan atau keterangan-keterangan. Dasar inilah yang kemudian diangkat oleh Russell dalam prinsip-prinsip analisisnya, yaitu yang berdasarkan pada suatu putusan. Sedangkan Moore memberikan analisis proposisi filsafat berdasarkan akal sehat. Bagi Moore, bahasa sehari-hari telah memadai untuk menganalisis persoalan kefilsafatan. Inilah yang menyebabkan Bertrand Russell mencari kebenaran melalui penggunaan analisis dan sintesa logis. Sehingga menurutnya pencapaian kebenaran dapat dilakukan dengan mengajukan alasan-alasan yang apriori yang tepat. Dan dilanjutkan dengan pengamatan empiris melalui indera (aposteriori).

A.    Riwayat Hidup Bertrand Russell (1872-1970)
     Bertrand William Russel lahir di Monmouthshire, Inggris, 18 Mei 1872, dari keluarga bangsawan. Sedangkan meninggalnya ialah di wilayah Penrhyndeudraeth, Inggris pada tahun 1970  akibat dari influenza parah yang dideritanya. 
     Bertrand William Russel adalah seorang sarjana yang lahir dari lingkungan Universitas Cambridge Inggris. Di Cambrige, Russel belajar matematika dan fisika pada Whitehead. Selama hidupnya, Russel banyak menulis buku tentang filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik, serta salah satu karya terbesarnya yang berjudul Logika Matematis. Selain itu, Russel juga dikenal sebagai sastrawan, politikus, pejuang perdamaian yang aktif dalam gerakan anti perang dan menentang imperialism-totalitarianism. Russell pernah mengritik keras keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam pada tahun 1960-1970. Russel juga sering melakukan kampanye pelucutan senjata nuklir. Berkat usaha dan kinerjanya, Bertrand Russell berhasil memperoleh nobel di bidang perdamaian pada 1950.

B.    Pengertian Atomisme Logis
     Atomisme logis adalah suatu faham yang berpandangan bahwa bahasa dapat dipecah menjadi proposisi atomik atau proposisi elementer melalui teknik analisis logis atau analisis bahasa. Setiap proposisi yang ada mengacu pada bagian terkecil dari realitas. Berdasarkan pandangan yang demikian, maka kaum atomisme logis bermaksud menunjukkan adanya hubungan yang mutlak antara bahasa dengan realitas.
     Atomisme sendiri merupakan filsafat alam yang berkembang di beberapa peradaban kuno. Di peradaban Barat, atomisme merujuk pada Leukippos dan Democritus sebagai muridnya pada abad ke-5 SM. Para pengikut atomisme ini mengajukan teori bahwa dunia alami terdiri dari dua benda yang mendasar, saling berlawanan dan tidak dapat dibagi, yaitu atom dan kehampaan. Kata atomisme diturunkan dari kata sifat bahasa Yunani, yaitu atomos yang arti harfiahnya adalah tidak dapat dipenggal. Kata atomos adalah sekawan dari kata kerja bahasa Yunani temnein (memenggal). Atom tidak dapat diisi oleh sesuatu pun. Suatu atom bergerak di kehampaan menuju klaster yang berbeda-beda dan membentuk senyawa-senyawa penghambat. Menurut Aristoteles, atom adalah kenyataan bendawi terkecil dan satuan bangunan yang tidak dapat dimusnahkan.
     Aliran atomisme logis mulai dikenal pada tahun 1918 melalui tulisan-tulisan Bertrand Rusell. Kemudian mencapai puncaknya dalam pemikiran Wittgenstein melalui karyanya yang berjudul Tractatus Logico Philosophicus. Umumnya para peminat studi pemikiran mengenal konsep atomisme logis ini melalui dua sumber kepustakaan, yaitu hasil karya Bertrand Russell yang berjudul Logic and knowledge dan Tractatus Logico Philosophicus yang ditulis Ludwig Wittgenstein pada saat berkecamuknya perang dunia pertama.

C.    Atomisme Logis Betrand Russel
     Seiring perkembangan pemikiran filsafat di Iggris pada permulaan abad XX, muncul lah suatu pemikiran baru yang disebut sebagai suatu perubahan yang radikal atau sebagai suatu ‘revolusi’, yaitu Atomisme Logis. Perkembangan baru ini membawa perubahan dalam gaya, arah dan corak pemikiran umat manusia. Adapun pusat munculnya gerakan pemikiran filsafat atomisme logis adalah Cambridge, Inggris yang dirintis oleh Bertrand Russell (1872-1970).
     Russell mencoba menggabungkan logika Frege dengan empirisme yang sebelumnya telah dirumuskan oleh David Hume. Bagi Russell, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis (atomic facts). Suatu kalimat baru lah disebut sebagai kalimat bermakna, jika berkorespondensi langsung dengan fakta-fakta atomik. Awalnya Russell mengikuti garis pemikiran Moore sebagai  upaya untuk menentang pengaruh kaum Hegelian di Inggris dengan bertitik tolak pada akal sehat (common sense), namun dalam perkembangan pemikiran selanjutnya, Russell mengambil jalan yang berbeda dengan Moore. Bagi Russell, penggunaan bahasa biasa dalam filsafat sebagaimana yang diinginkan Moore, tidak lah tepat. Kritikan Russell ini berhasil menawarkan jalan keluar untuk aliran atomisme logis. Berdasarkan konsepnya, Russel berpendapat bahwa bahasa keseharian itu banyak menampilkan kekaburan arti, sehingga Russel menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik  untuk bahasa. Russell mengetengahkan tentang fakta, bentuk logika, bahasa ideal dan prinsip dasarnya, yaitu adanya kesepadanan (isomorphisme) antara fakta dengan bahasa dan dunia ini merupakan totalitas fakta-fakta, bukan benda.
     Fakta dalam pemikiran Russerl merupakan ciri-ciri atau relasi yang dimiliki oleh benda-benda. Russel berpendapat bahwa grammar dari bahasa yang biasa digunakan sebenarnya tidak tepat, karena dunia terdiri dari fakta-fakta atomis dan hanya bahasa-bahasa yang mengacu pada fakta atomis lah yang dapat disebut sebagai bahasa yang benar. Berdasarkan konsep ini maka Russel berpendapat bahwa salah satu tugas terpenting filsafat adalah menganalisis proposisi-proposisi bahasa untuk menguji kebenaran forma logis dari proposisi tersebut.
Analisis logis berupaya mengajukan alasan a priori yang tepat bagi pernyataan, sedangkan sintesis logis berarti menentukan makna pernyataan atas dasar empirik/pengalaman. Melalui cara ini Russel menerapkan teknik analisis bahasa untuk memecahkan masalah filsafat, namun analisis logis lebih didahulukan daripada sintesis logis, karena teori yang selalu bersifat empirik tidak dapat menjangkau hal-hal yang bersifat universal. Berdasarkan prinsip pemikiran ini lah, cara yang ditempuh Russell dalam menyusun konsep atomisme logis dapat terketahui dengan jelas. Russel menggunakan titik tolak bahasa logika dalam menjalankan teknik analisis bagi bahasa filsafat untuk memperoleh apa yang disebutnya dengan atom-atom logic.

D.    Bahasan Utama yang Terkait dalam Atomisme Logis Russel

     Pembelajaran tentang atomisme logis Russel ini dapat dipahami lebih lanjut melalui beberapa bahasan utama yang sangat berkaitan erat dengan konsep atomisme logis itu sendiri, yaitu:
1.    Bahasan corak logis (logical type)
     Berlandaskan pada bahasa logika, Russel menentukan corak logis yang terkandung dalam suatu ungkapan. Russel melihat bahwa penyimpangan yang terjadi dalam bahasa filsafat lebih banyak ditimbulkan oleh ketidakpahaman terhadap bahasa logika, sehingga akan adanya perbedaan corak logis antara dua kalimat yang struktur bahasanya sama, tetapi memiliki struktur logis yang berbeda. Penjelasan Russel mengenai suatu pengertian atau suatu istilah yang memiliki corak logis yang sama diungkapkannya melalui contoh berikut: 1) A dan B hanya dapat dikatakan memiliki corak logis yang sama, jika unsur A mengandung kesesuaian dengan unsur B, sehingga akibat yang berlaku atau lawan bagi B dapat digantikan pada A. 2) Socrates dan Aristoteles memiliki corak yang sama, sebab “Socrates adalah seorang filosof” dan “Aristoteles seorang filosof”, keduanya mengandung fakta yang sama (sama-sama filsuf). Dua istilah yang dianggap memiliki corak logis yang sama bukan lantaran istilah tersebut dipandang menurut berbagai penafsiran yang mungkin dikenal bagi istilah itu, tetapi yang lebih ditonjolkan adalah aspek logis yang didukung oleh fakta tertentu, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang logis bagi istilah yang diperbandingkan.

2.    Prinsip Kesepadanan
     Menurut pandangan Russel, seluruh pengetahuan hanya dapat difahami apabila diungkapkan dalam bentuk bahasa logika. Keyakinan itu diwujudkannya dalam karya yang disusunnya bersama A.N. Whitehead, yaitu Principia Mathematica. Melalui karya tersebut, dua filosof ini memperlihat-kan bahwa konsep matematika dapat didefinisikan dengan menggunakan istilah logika saja, dalil matematik dapat dibuktikan dengan menggunakan definisi dan prinsip logika.
     Russel berkeyakinan bahwa dengan memadukan prinsip matematik ke dalam prinsip logika, maka ia akan mampu memecahkan persoalan filsafat. Adapun upaya pengungkapkan pengetahuan yang benar ke dalam bentuk pernyataan yang benar berdasarkan prinsip tersebut telah membawa Russel memasuki wilayah analisa bahasa, sehingga kecenderungannya dalam menerapkan metode ilmiah yang bertitik tolak pada prinsip logika ini lah yang merupakan inti dari konsep atomisme logiknya.
    Menurut Russel analisa bahasa yang benar itu dapat menghasilkan pengetahuan yang benar pula tentang dunia, karena unsur paling kecil dari bahasa (proposisi atomik) merupakan gambaran unsur paling kecil dari dunia fakta (fakta atomik) atau ada isomorfi (kesepadanan) antara unsur bahasa dan kenyataan. Prinsip isomorfi Russel ini lebih cenderung kearah metafisika, sebab dunia dapat dimisalkan kepada fakta atomik. Sesungguhnya ini lah tujuan utama yang terkandung dalam prinsip isomorfi tersebut.
    Metafisika yang terdapat dalam teori Russel ini merupakan suatu pluralisme radikal, sebab realitas atau dunia fakta itu dipecah menjadi fakta atomik. Corak pandangan metafisik yang didasarkan atas analisa bahasa ini merupakan ciri khas yang menandai kaum atomisme logis dan kelak akan diperkuat oleh Wittgenstein.

3.    Proposisi Atomik dan Proposisi Majemuk
     Pembahasan Russel mengenai proposisi atomik dan proposisi majemuk berkaitan erat dengan upayanya untuk menjelaskan kesepadanan antara struktur bahasa dengan struktur realitas. Sebab bahasa yang dianggap sebagai keseluruhan dari proposisi atomik tidak hanya mengacu pada fakta atomik yang membentuk realitas, tetapi bahasa itu juga merupakan lahan yang akan dikerjakan melalui teknik analisa logis.
    Setiap proposisi pada hakikatnya mengacu pada dua hal yaitu data inderawi (particularia) yang merupakan hasil persepsi konkrit individual dan sifat atau hubungan (universalia) dari data inderawi. Kebenaran atau kekeliruan proposisi majemuk dapat ditentukan oleh kebenaran atau kekeliruan proposisi atomik yang proposisinya dapat dianalisa.  Sementara kebenaran proposisi atomik dapat ditentukan dengan merujuk pada fakta yang digambarkannya.
    Menurut Russel, suatu proposisi yang menjelaskan suatu fakta atomic dinamakan Proposisi atomik. Proposisi atomik ini merupakan bentuk proposisi yang paling sederhana, karena sama sekali tidak memuat unsur-unsur majemuk. Misalnya: x adalah yang (ini adalah putih) atau xRy (ini berdiri disamping itu). Setiap proposisi atomik itu mempunyai arti atau makna sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain. Memberikan kata penghubung seperti “dan” atau “atau”, maka kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk. Russel mengajukan contoh untuk menjelaskan proposisis atomik dan proposisi majemuk itu sebagai berikut: Socrates adalah seorang warga Athena yang bijaksana. Ini merupakan proposisi majemuk yang terdiri dari dua fakta atomik, yaitu: Socrates adalah seorang warga Athena, dan Socrates adalah seorang yang bijaksana. Kedua proposisi atomik itu membentuk proposisi majemuk setelah dihubungkan dengan kata “yang”.
    Menurut Russel, kebenaran atau ketidakbenaran suatu proposisi majemuk tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi atomik yang terdapat didalamnya atau dengan kata lain proposisi majemuk merupakan fungsi kebenaran dari proposisi-proposisi atomik.

Daftar Putaka
Bertens. 2002. Filsafat Barat Kontempoter Inggris-Jerman. Cet. IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hamersma, Harry. 1992. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Cet. Ke V. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kaelan. 1998. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Paradigma
Mustansyir, Rizal. 2007.  Filsafat Analitik: Sejarah, Perkembangan, dan Peran Para Tokohnya. Cet. Ke II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf Lubis, Akhyar. 2014. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.