Di
Asrama Haji, 07 April 2012
Beberapa sumber buku menjelaskan bahwa berfikir filosofis adalah berfikir secara mendalam terhadap segala
sesuatu. Namun sedalam manakah persoalan segala sesuatu yang dapat di jawab oleh filsafat? Berfikir mendalam terhadap segala
sesuatu. Menurut saya ini adalah kalimat yang kurang tepat.
Akibatnya tidak sedikit orang beranggapan bahwa berfikir filsafat menjadikan orang
sesat, sehingga banyak dari mereka yang takut belajar filsafat. Nah, sebenarnya apa sih maksud berfikir mendalam
terhadap segala sesuatu? Berikut penjelasannya:
Pertama
sekali perlu disadari bahwa kita adalah makhluk yang memiliki keterbatasan.
Mengapa Yang Maha Pencipta membatasi ilmu-Nya kepada segenap makhluk-Nya?
jawaban sederhananya ialah agar ada beda antara diri-Nya dengan makhluk-Nya,
tidak ada yang serupa dengan diri-Nya. Hal ini memberikan makna kepada manusia
bahwa sehebat apapun ia, tetap saja ada yang lebih hebat darinya, yaitu penciptanya.
Selanjutnya perlu kita sadari pula bahwa meskipun ilmu kita terbatas,
namun tidaklah dianjurkan kepada kita untuk tidak berusaha, tidak mau belajar
ataupun bermalas diri. Artinya segala potensi yang kita miliki mesti dapat berfungsi dengan sebaik mungkin berdasar petunjuk-Nya.
Biasanya segala sesuatu yang ada dipelajari secara bertahap. Dalam hal ini,
tahapan tersebut terbagi kedalam tiga tingkatan, yaitu ilmu sains, ilmu
filsafat, dan ilmu mistik. Sains adalah ilmu yang mengkaji tentang sesuatu
sebatas empiris (nyata), sedangkan Filsafat ialah ilmu yang mengkaji tentang
sesuatu yang sebatas logis. Jika tidak logis (artinya akal tidak sanggup
menjawab) maka disinilah berlakunya mistik, yaitu ilmu yang mengkaji tentang
sesuatu yang tidak nyata dan tidak sanggup dipikirkan oleh akal. Sabjek yang
berperan dalam mistik adalah hati yang dipraktekkan melalui ilmu tasawuf.
Berdasarkan
tahapan-tahapan ini, maka dapat saya tegaskan bahwa pengertian mempelajari
segala sesuatu adalah proses pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan
tertentu bersadarkan batas potensi yang dimiliki oleh manusia. Kalimat
mempelajari segala sesuatu tersebut mesti dipahami sebagai sesuatu yang
memiliki keterbatasan. Meskipun banyak juga kalimat lain yang menjelaskan
tentang pengertian filsafat, namun perlu digaris bawahi bahwa filsafat itu
adalah ilmu manusia yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, wahai
teman-teman semua mari kita belajar. Mari kita fungsikan segenap kemampuan yang
ada. Jangan kita takut belajar filsafat karena dalam filsafat itu juga berlaku
belajar secara sistematis, dan sebatas yang sanggup dipikirkan akal.
Demikianlah dari saya, lebih dan
kurang saya mohon maaf. Adapun saran dan kritikan dari para pembaca sangat saya
harapkan. Terimakasih.
Salah satu rujukan yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian filsafat ialah sebagai berikut:
Salah satu rujukan yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian filsafat ialah sebagai berikut:
1. Dedi
Supriadi. 2010. Pengantar
Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya. Cet. II. Bandung: Pustaka
Setia. Hal. 15-22.
2. Sirajuddin
Zar. 2010. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Cet. Ke IV. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 1-8.
[Telah
tersunting di Rumah Kos, Desa Rukoh Kec. Syiah Kuala. Kota Banda Aceh, pada 05 Januari 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar